Opini
KURIKULUM
2013 ANTARA SOLUSI DAN DILEMA
Oleh: Evi
Pebriana
Siswa MAN Selong
Kelas X. IPS 3
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU NO.20 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, pasal
1). Sedangkan menurut Ki Hajar
Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia) menjelaskan bahwa “Pendidikan
adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya
dimasa yang akan datang”. Dari
kedua definisi di atas
dapat kita ketahui bahwa bimbingan atau
pelatihan yang diberikan kepada anak-anak bertujuan untuk mencapai
kedewasaannya agar dapat melaksanakan tugasnya sendiri tanpa bantuan orang
lain.Menurut pandangan sebagian orang menganggap bahwa pendidikan itu bisa
meningkatkan kualitas hidup seseorang,
semakin
tinggi pendidikannya maka semakin tinggi pula kualitas hidupnya.
Tidak
ubahnya di Indonesia sangat menjunjung tinggi pendidikan, hal ini bisa kita lihat dengan
diadakannya program pemerintah “Wajib
belajar 9 tahun” sudah
menjadi bukti bahwa pemerintah sangat mendukung .Sebenarnya
struktur pendidikan di Indonesia sudah cukup baik, hal ini terlihat ketika kurikulum
di Indonesia mengalami perkembangan
sejak tahun 1945 hingga kurikulum 2006 yang berlaku sampai akhir tahun 2012. Hingga, saat ini kurikulum
Kurikulum 2013 diberlakukan mulai tahun ajaran 2013-2014. Di usianya yang
bisa dikatakan masih seumur jagung,
kurikulum
ini banyak menuai polemik
baik yang datang dari pemerintah maupun peserta didik, diantaranya:
Pertama,
buku paket yang tak kunjung datang dan hanya isapan jempol belaka. Seperti yang diketahui bahwa
pemerintah akan menyediakan buku gratis bagi siswa yang mendapat kurikulum 2013.
Namun demikian buku paket dari pemerintah tidak kunjung datang walaupun sudah
ada beberapa
sekolah yang sudah menerima. Buku
paket sangat penting dan membantu siswa untuk menunjang kegiatan belajarnya. Memang, bahan belajar tidak hanya
ditemukan di buku paket namun bisa juga lewat internet, tetapi perbedaan
persepsi yang ditemukan di internet terlalu beragam sehingga membuat siswa
kewalahan untuk memilih mana bahan pelajaran baik yang seharusnya dipilih. Tak hanya itu menurut pengamatan
penulis, dengan tidak adanya buku paket maka
otomatis guru akan mengharuskan
siswa untuk membuat rangkuman berupa print out dan potokopian serta sejenis makalah, dan hal
ini tak jarang memaksakan siswa mengeluarkan biaya yang lumayan besar, bayangkan
apabila banyak mata pelajaran di setiap sekolah ada 30 atau lebih dan kesemua
itu mewajibkan siswa untuk mencopy bahkan print, nah
berapa bayak rupiah yang harus dikeluarkan siswa terlebih bagi siswa yang
kurang mampu.
Kedua,
waktu siswa lebih banyak dihabiskan di sekolah.Menurut pengamatan penulis, setelah berlakunya kurikulum 2013
ini, siswa menjadi sangat sibuk
karena waktunya banyak tersita di
sekolah. Mulai dari pulang sore, kegiatan ekskul, tugas yang menumpuk, bahkakan tak jarang PR (Pekerjaan Rumah) dari masing-masing mata
pelajaran tertentu.Di dalam kelas saja,
apabila
jam-jam terakhir antara 2:00-3:30 banyak siswa tidak memperhatikan guru yang sedang
menjelaskan di depan kelas, ada
yang asyik ngobrol sendiri dan
bahkan tak jarang siswa ketiduran akibat kurang tidur. Hal yang demikian
dikhawatirkan bisa menurunkan daya tahan tubuh siswa bahkan bisa stres karena
tidak ada waktu istirahat.
Ketiga,
kurikulum 2013 siswa dituntut aktif, kreatif dan inovatif. Akan tetapi tidak semua siswa yang dapat
sekaligus seperti hal yang diinginkan tersebut, banyak
siswa yang hanya bersifat acuh tak acuh ketika sedang berlangsungnya diskusi di
dalam kelas bahkan tak peduli apa yang disampaikan temannya di depan.Hal ini
dapat mengakibatkan ketika ulangan harian atau mid semester, siswa tersebut
bisa saja mencontek bahkan membeli jawaban yang belum dipastikan kebenarannya.Tidak
hanya itu, dengan
di tuntutnya siswa yang aktif, kreatif
dan inovatif, banyak guru yang beranggapan bahwa tidak perlu menjelakan
materinya padahal kita ketahui bahwa belajr matematika, fisika, kimia, dan lain-lain. Tidak cukup hanya membaca saja. Namun, peran guru sebagai fasilisator
sangat dibutuhkan terlebih dalam hal memotifasi siswa untuk aktif belajar.
Keempat,
UN SMA mau diadakan pada kelas XI agar pada saat kelas XII siswa bisa fokus
mengikut ujian untuk masuk universitas yang mereka inginkan.Tetapi bukankah ini
tidak aneh, pasalnya
dengan mengadakan UN pada kelas XI,
maka
siswa yang sudah lulus dan tidak ingin
melanjutkan ke universitas, apakah boleh tidak mengikuti pelajaran kelas XI ?
Adapun
fakta-fakta yang bisa kita lihat pada kurikulum 2013 adalah sebagai berikut: Pertama, untuk SD, penerapan sikap
masih dalam ruang lingkup lingkungan sekitar.Sedangkan untuk SMP penerapan
sikap dituntut untuk diterapkan pada lingkungan pergaulannya dimanapun dia
berada. Sementara itu, untuk SMA/MA/SMK
dituntut memiliki sikap kepribadian yang mencerminkan kepribadian bangsa dalam
pergaulan dunia.
Ketiga,Salah satu persoalan dialami oleh
guru-guru yang ada di papua, dengan dana Rp 6 Triliun untuk proses
implementasi, pengadaan buku maupun dalam mempersiakan tenaga pendidik tidak
terlaksana sesuai dengan harapan yang diinginkan. Betapa tidak dari 20.000 guru
yang tercatat dalam pelatihan kurikulum 2013 hanya 11.000 yang mendapatkan
pelatihan sedangkan sisanya belum mendapatkan dengan alasan bahwa tidak cukup
anggaran (kompas 10 september 2014).
Di lihat dari
fakta-fakta serta permasalahan yang ada, solusi yang bisa kita penulis tawarkan diantaranya: Pertama, mengenai buku paket yang pendistribusiannya
lambat. Agar secepatnya di bagikan ke
sekolah-sekolah yang sudah menerapkan kurikulum 2013 karena buku paket sangat
penting bagi siswa maupun guru terlebih lagi kurikulum ini mengharuskan siswa
aktif, kreatif dan inovatif. Apabila belum ada juga sampai batas yang sudah di tentukan
maka,sekolah bisa diharapkan membantu siswa dalam hal memberikan buku referensi
yang ada kaitannya dengan materi yang dipelajari, selain itu, siswa juga bisa mencari tambahan lewat internet dan belajar kelompok
dengan teman-teman agar ilmu yang didapatkan tidak hanya berpatokan dari buku
paket namun juga dari berbagai aspek seperti lingkungan sekitar.
Kedua, mengenai waktu yang lebih
banyak dihabiskan di sekolah.Sebenarnya hal ini baik juga karena guru bisa
lebih menilai perilaku keseharian siswa.Namun terlepas dari itu ada banyak
aspek yang harus diperhatikan, seperti kesehatan siswa.Hal ini sangat
berpengaruh, karena jika siswa sakit maka otomatis tidak masuk sekolah dan
ketinggalan pelajaran.Menurut penulis siswa juga butuh refreshin agar ketika
menerima ilmu siswa sudah dalam keadaan siap dan senantiasa senang mempelajari
setiap mata pelajaran.
Ketiga, siswa dituntut aktif,kreatif
dan inovatif.Hal ini sangat bagus karena siswa yang tadinya hanya bersifat
pasif di dalam kelas, kini bisa aktif dengan diadakannya diskusi dan presentasi
didalam kelas, hal ini juga membantu guru menilai keperibadian siswa untuk berani
mengeksplorasi pendapatnya di depan orang banyak dan otomatis secara psikologis
siswa akan memiliki keberanian. Guru juga tidak hanya menilai dari segi itu saja namun dari segala aspek
karena, siswa yang cerdas bukan hanya dilihat dari nilai Ujian yang hanya
berlangsung beberapa menit saja di dalam ruangan, tetapi kecerdasannya dilihat dari segala aspek seperit tingkah laku
kesehariannya, moral, cara bergaul dengan teman, ketakwaan dan keimanaannya, serta keaktifannya di dalam kelas.
Keempat, mengenai UN yang dilaksanakan
pada kelas XI. Menurut penulis Ujian Nasional (UN) harus tetap dilaksanakan
pada kelas XII karena hasil ujiannya sekaligus bisa dipergunakan untuk masuk
universitas, jadi Ujiannya hanya stu kali. Daripada UN dilaksanakan pada kelas XI, maka bisa saja siswa yang tidak
ingin melanjutkan ke universitas tidak mau mempelajari pelajaran kelas XII.
Dari semua permasalahan kemudian
fakta-fakta yang ada, penulis menyimpulkan bahwa kurikulum itu tidak dapat
diubah seperti semudah membalikkan telapak tangan, Semua aspek harus kita
pertimbangkan terlebih dahulu mulai dari segi positifnya sampai segi
negatifnya. Kurikulum 2013 membawa persoalan baru bukan justru memberikan
solusi dan menurut penulis tepat bersardakan fakta yang terjadi di
lapangan,menunjukkan bahwa segala sesuatunya belum diputuskan dengan pemikiran
yang matang dan pertimbangan terlebih dahulu.Hendaknya segala sesuatu itu
memerlukan pemikiran yang matang untuk mencapai kesuksesan.Mungkin pada awalnya
kurikulum 2013 mendapat respon yang
kurang baik, namun pada akhirnya akan menemukan titik temu dan jalan keluar
yang baik.Pada hakikatnya semua orang menginginkan struktur pendidikan yang
baik , maka dari itu marilah kita senantiasa bersabar dan melakukan tugas dan
kewajiban kita sebagaimana mestinya.Mengenai buku yang belum terealisasikan
agar secepatnya di tangani pemerintah supaya siswa lebih mudah belajar, dan
untuk UN yang di gadang-gadang akan dilaksanakan pada kelas XI sebaiknya tetap
dilaksanakan pada kelas XII hal ini bertujuan agar hasil UN dapat di gunakan
untuk masuk universitas .Semoga kurikulum 2013 dapat memberikan solusi yang
baik bagi pendidikan di Indonesia meskipun pada awalnya mendapat respon yang
kurang baik namun pabila dijalankan dengan baik oleh semua pihak semuanya akan
memberikan hasil yang baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar