Rabu, 26 Februari 2020

STRATEGI SUMEDANG DALAM MEMBANGUN KABUPATEN WISATA


Pariwisata merupakan salah satu aspek utama dalam mengembangkan kearifan lokal di suatu daerah. Tidak terkecuali kabupaten Sumedang yang sedang gencar-gencarnya mengabdikan diri sebagai kabupaten wisata. Sumedang memiliki banyak sekali potensi wisata yang dapat memanjakan liburan para wisatawan, salah satunya adalah Kampung Wisata Toga. Kampung ini letaknya tidak jauh dari pusat kota Sumedang yakni hanya berjarak 2 Kilometer saja. Alam yang indah disertai hamparan persawahan mampu memikat hati para wisatawan. Tidak hanya alamnya, potensi yang dimiliki kampung Toga adalah kontur tanah yang berupa dataran tinggi memberikan keluasan bagi syurganya olahraga paralayanag. Dilansir dari Kompas.Com, Sumedang menggelar kejuaraan paralayang tingkat international dalam West Java Paradliding World Championship And Culture Festival tepatnya pada 2-8 Oktober 2019 lalu. Kejuaraan ini sebagai ajang untuk mempromosikan Sumedang sebagai Syurganya paralayang sekaligus sebagai destinasi wisata kelas dunia.
Menurut Doni yang juga sekaligus Bupati Sumedang menyebutkan bahwa ada tiga pertimbangan kenapa Sumedang menyelenggarakan even tersebut diantaranya: Pertama, Sumedang adalah tempat yang strategis untuk olahraga paralayang tidak hanya untuk kompetisi level akurasi tetapi juga bagus untuk level fun fly atau terbang gembira di atas bendungan Jatigede. Kedua, Sumedang dijuluki “Puseur Budaya Sunda” atau pusat kebudayaan Sunda yang tidak bisa  ditemui di tempat lain. Dan yang ketiga, dukungan dari berbagai pihak seperti kerjasama dengan industri pariwisata, Pemda Provinsi Jawa Barat, FASI Paralayang, komunitas dan masyarakat  atau sebagai unsur pentahelix pariwisata.
Tidak hanya itu, Menteri Pariwisata saat itu yakni Arif Yahya juga sangat mendukung kegiatan ini, menurut beliau wisata olahraga itu dalam rangka mempromosikan pariwisata kabupaten Sumedang yang memiliki ikon Bendungan Jatigede. Selain itu, akan dikembangkan juga Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) pariwisata Jatigede sebagai destinasi pariwisata kelas dunia”, katanya (Kompas.Com).
Jika ditelisik lebih jauh implikasi dari sebuah olahraga terkhusus paralayang saat ini memang sedang naik daun, betapa tidak, wisata paralayang tercatat sebagai salah satu wisata yang menguntungkan. Tidak hanya dari segi ekonomi namun juga dari segi promosi wisata desa dan pemberdayaan masyarakat setempat. Berikut adalah hal-hal yang bisa dijadikan sebagai acuan kebijakan oleh pemerintah Jawa Barat khususnya kabupaten Sumedang dalam rangka mengembangkan pariwisata di bidang olahraga paralayang:
Pertama, Jika ingin mempromosikan pariwisata, hal utama yang harus dilakukan pemerintah adalah meningkatkan kapasitas diri, entah penyuluhan kepada masyarakat berupa pelatihan softskill, pun juga dengan sosialisasi gencar ke masyarakat agar mereka melek dengan wisata yang ada di sekitar mereka. Mengapa demikian? Karena masyarakat setempat adalah sumber daya manusia yang paling mumpuni untuk menangani daerah mereka. Salah satunya budaya atau kesenian daerah setempat dapat juga mereka promosikan di sela-sela olahraga atau sebelum olahraga berlangsung, diharpakan ada tarian daerah atau keunggulan daerah tersebut yang ditampilkan terlebih dahulu, sehingga dapat menarik minat wisatawan untuk mengetahui lebih dalam apa saja keunikan yang dimiliki Sumedang terutama di daerah dekat wisata.
Jika masyarakat sudah melek wisata, maka pemerintah akan lebih mudah untuk bersinergi membangun wisata berbasis masyarakat yang madani yaitu masyarakat yang hidup rukun, toleran, dan ramah kepada siapapun pendatang baru yang mengunjungi tempat mereka. Selain itu, masyarakat yang dibekali sofskill juga sangat diperlukan dalam rangka  mengasah kemampuan masyarakat dalam menangani setiap SOP (standar operasional) desa wisata. Salah satu caranya adalah membentuk kelompok-kelompok wisata di setiap dusun guna mempersiapkan kelompok-kelompok masyarakat yang cakap dalam melayani wisatawan. Sofskill ini bisa dilatih dengan mendatangkan profesional paralayang dari luar negeri atau dalam negeri dalam membantu memberikan pembelajaran atau training bagi masyarakat sekitar. Softskill masyarakat ini sangat dibutuhkan dalam membantu menunjang perekonomian sekitar terutama bagi masyarakat yang pengangguran.
Kedua, meningkatkan fasilitas dan kemanan desa wisata. Mengapa dua hal ini sangat penting? Ini dikarenakan fasilitas melakukan paralayang sangat dibutuhkan kehati-hatian dan keamanan yang tinggi. Jadi jika fasilitas dan keamanan tidak berdasarkan SOP, maka wisata tersebut tidak akan digandrungi orang, justru akan dijauhi karena tingkat keamanan yang minim. Solusinya, pemerintah dalam hal ini harus menyediakan fasilitas keamanan yang memadai guna menciptakan pengalaman paralayang yang unik dan luar biasa. Seperti  contoh penelitian berjudul Implementasi Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Pada Atraksi Wisata Paralayang Di Desa Kutuh, Kabupaten Badung di jelaskan bahwa ada beberapa syarat yang harus dipenuhi baik wisatawan maupun pengelola guna menjaga keselamatan. Diantaranya yang pertama diberlakukan kepada wisatawan adalah sebagai berikut:
1.)    Wisatawan akan diberikan briefing mengenai peraturan yang tidak boleh dilanggar dan arahan dalam melakukan aktivitas paralayang.
2.)    Usia yang diperbolehkan untuk mengikuti kegiatan paralayang maksimal berusia 60  tahun.
3.)    Wisatawan tidak boleh memiliki penyakit terutama penyakit jantung yang kronis
4.)    Wisatawan diwajibkan  memiliki fisik yang  berada dalam kondisi sehat dan siap  melakukan aktivitas paralayang
5.)    Wisatawan yang memiliki phobia ketinggian tidak dianjurkan untuk mengikuti kegiatan paralayang
6.)    Berat badan maksimal wisatawan tidak boleh lebih dari 90 Kg.
7.)    Wisatawan wajib menaati SOP yang sudah diarahkan, dan menggunakan peralatan  pengaman diri seperti helm, sepatu, dan harness  ( tempat duduk) untuk keselamatan  selama melakukan aktivitas Sebelum dilaksanakannya kegiatan paralayang, Briefing adalah hal penting yang harus diberikan instruktur kepada wisatawan Briefing  dilakukan untuk menghindari kecelakaan yang kemungkinan akan menimpa wisatawan apabila adanya kesalahan dari minimnya informasi tentang aturan yang dilakukan selama aktivitas paralayang. Instruksi yang diberikan oleh instruktur kepada wisatawan yang akan melakukan kegiatan wisata paralayang adalah:
1.)    Mengkonfirmasi ulang apakah wisatawan  sudah siap untuk melakukan kegiatan paralayang, baik secara jasmani dan rohani. Serta mengkonfirmasi ulang kesungguhan wisatawan untuk melakukan kegiatan paralayang
2.)    Memberi arahan dalam menggunakan peralatan keselamatan diri
3.)    Memberikan instruksi dan mengajarkan cara lepas landas, hal hal yang dapat dilakukan selama terbang dan mengajarkan cara landing atau mendarat.
4.)    Memberikan pengarahan kepada wisatawan agar tidak panikdan tetap tenang selama penerbangan
Persyaratan dan instruksi di atas sangat penting untuk membantu kedua belah pihak baik wisatawan maupun pengelola dalam menjaga stabilitas keamanan olahraga ekstrim tersebut agar tidak terjadi kecelakaan yang fatal.
Ketiga, menghadirkan sesuatu yang unik dan berbeda daripada wisata paralayang lainnya yang ada di berbagai daerah. Mengapa harus memiliki nilai beda, karena pada intinya sedikit berbeda lebih baik daripada tidak sama sekali. Nilai beda ini bisa di dapatkan dari sejauh mana wisatawan merasa nyaman untuk berlama-lama singgah di tempat itu. Jadi yang harus dilakukan pemerintah adalah membuka lahan wisata kuliner dan penginapan dekat dengan tempat olahraga paralayang. Hal ini akan menghasilkan komoditas yang tidak hanya bergerak dibidang olahraga saja, namun semua elemen tergabung menjadi satu entah itu kuliner yang memang menjadi khas daerah Sunda atau jawa Barat khususnya Sumedang, maupun tempat penginapan yang nyaman bagi wisatawan. Jika sudah ada akses dibidang ini, maka bukan tidak mungkin wartawan akan berbondong-bondong datang ke tempat wisata ini. Karena selain dapat melakukan olahraga, bisa juga kulineran sambil mencari view atau pemandangan yang indah.
Keempat, adanya usaha kreatif guna memuaskan konsumen dengan menjual barang-barang cendramata khas Sumedang. Usaha kreatif ini mampu untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar dan juga menambah pendapatan asli daerah. Betapa tidak, setiap wisatawan yang datang berkunjung di sebuah tempat wisata pasti mencari oleh-oleh yang khas dari suatu daerah, apalagi daerah tersebut pertama kali dikunjungi. Hal ini sebagai bentuk budaya masyarakat Indonesia yang gemar membawa pulang oleh-oleh untuk keluarga di rumah. Jadi bisa dipastikan pemerintah setempat harus sigap dan mampu membaca peluang ekonomi apa saja yang bisa dikembangkan di sekitar tempat wisata.
Seperti kisah Asep yang di lansir dari laman okezon.com yang pintar membaca peluang dengan cara membuat cendramata dari makanan khas Sumedang yakni tahu Sumedang. Tahu memang menjadi makanan primadona masyarakat Sumedang karena rasanya yang unik dan tidak bisa ditemukan di tempat lain. Namun kelemahan tahu tersebut ialah mudah basi karena tidak menggunakan pengawet, oleh karenanya Asep memiliki ide untuk membuat cendramata tahu Sumedang berbahan dasar silikon yang kemudian dapat dijadikan gantungan kunci dan lain-lain (https://jabar.tribunnews.com/2016/11/28/di-tangan-asep-tahu-sumedang-disulap-awet-dan-tak-pernah-busuk-sepanjang-masa?page=all).
 Usaha kreatif seperti ini harus tetap di galakan bahkan harus di support oleh pemerintah setempat dalam rangka membangun ekonomi kreatif atau industri rumahan. Jika masyarakat sudah memiliki skill yang mumpuni untuk membuat atau bahkan memasarkan cendramata, maka bukan tidak mungkin Sumedang akan menjadi daerah wisata yang dapat diperhitungkan dan sekaligus menjadi tujuan destinasi wisata favorit. Tidak hanya itu, untuk semakin menarik minat wisatawan perlu di galakkan festival tahuan berupa kuliner yang menyajikan semua makanan khas Sumedang dan Jawa Barat umumnya, apalagi makanan sunda yang terkenal dengan rasa yang unik. Festival kuliner ini dapat dilaksanakan di tempat berlangsungnya olahraga paralayang, jadi selesai menikmati olahraga paralayang, wisatawan dapat sambil kuliner ria menikmati sajian masakan sunda yang enak dan luar biasa beragam. Festival seperti ini dalam rangka meraup ekonomi kreatif dari masyarakat setempat. Dengan begini, tidak hanya pemerintah yang diuntungkan namun juga masyarakat sekitar pun akan mengalami peningkatan ekonomi yang signifikan. Ini sebenarnya tujuan sekaligus harapan pemerintah, yakni bgaiamana membangun wisata tidak hanya dari segi objek pariwisata namun juga menyeluruh ke segala aspek seperti pemberdayaan masyarakat desa sehingga perekonomian masyarakat pun ikut meningkat.
Terakhir adalah bagaiamana menumbuhkembangkan sikap konsisten baik dari pemerintah maupun masyarakat dalam mengelola pariwisata yang unggul ini. Sekali lagi program bisa terlaksana dengan baik jika terjadi kekompakan dan integritas antara pemerintah dan juga masyarakat. Cara yang tepat untuk memnjaga konsistensi tersebut adalah dengan cara menargetkan perencanaan dan pengawalan yang rapih dari pemerintah setempat yakni dengan mengadakan kegiatan rapat rutin per bulan dalam rangka evaluasi kegiatan apa saja yang sedang dan akan dicanagkan, apa yang belum terlaksana, dan bagaiamana target tercapai kedepannya. Evaluasi rutin harus tetap di galakkan sebulan sekali paling tidak untuk mengontrol dan mengetahui sejauh mana pencapaian yang telah di raih apakah ada peningkatan atau justru sebaliknya dan bagaiamana langkah strategis dalam meningkatkan capaian tersebut. Semoga rencana pemerintah Sumedang dalam hal ini menjadikan kabupaten Sumedang sebagai salah satu kabupaten berbasis wisata dapat berjalan dengan lancar dan kita doakan agar pariwisata Sumedang benar-benar memberikan kontribusi yang baik tidak hanya untuk wilayahnya namun juga untuk wilayah lain di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

STRATEGI SUMEDANG DALAM MEMBANGUN KABUPATEN WISATA

Pariwisata merupakan salah satu aspek utama dalam mengembangkan kearifan lokal di suatu daerah. Tidak terkecuali kabupaten Sumedang yang...