Kamis, 08 Maret 2018

MY STORY
Evi Febriana, yah itulah nama terbaik yang diberikan kedua orang tuaku ketika aku menghembuskan nafas untuk pertama kalinya di bumi. Teman, keluarga, sahabat, dan orang-orang sering memanggilku dengan sebutan Evi. Aku dilahirkan disebuah desa yang mungkin orang lain tidak mengetahui jika aku sebutkan dan bahkan mungkin tidak ada di google maps jika dicari. Namun terlepas dari itu, aku sangat mencintai desaku dan aku bangga dilahirkan di desa yang penuh kehangatan, desa yang penuh dengan orang-orang ramah dan penuh senyuman setiap kali bertegur sapa. Oke tanpa panjang lebar lagi, nama desaku adalah Lenting, dan disinilah aku untuk pertama kalinnya mengenal dunia. Disini aku dibesarkan oleh seorang ibu dan Bapak yang sampai detik nafasku saat ini, beliau adalah orang-orang yang menjadi semangatku dalam menempuh karir terutama dibidang pendidikan. Beliau adalah teladan sekaligus suporter yang sangat toleran dalam hal apapun yang menyangkut masa depan anak-anaknya. Aku mungkin tidak akan bercerita tentang keluarga disini, melainkan aku akan menceritakan mengenai proses kehidupan selama memangku predikat sebagai seorang pelajar sampai pada predikat mahasiswa. 
Pertama, aku bersekolah di SDN 1 MT Tangi yang mungkin sekolah tersebut adalah sekolah dasar favorit di desaku karena memang satu-satunya sekolah dasar yang berdiri disana, keseharianku disana aku habiskan untuk bermain, belajar tentunya, dan alhamdulilah pernah mengikuti lomba juga. Setelah lulus, aku melanjutkan sekolah ke luar dari desa, maksudnya aku melanjutkan sekolah tidak lagi di Lenting melainkan di kota yakni di SMP Negeri 2 Selong, yang memang sekolh tersebut terletak di ibukota kabupaten Lombok Timur yakni Selong dan juga sangat strategis karena berada tepat di depan Tugu Selong dan Pendopo (Rumah dinas Bupati). Awalnya siapa sangka aku bisa bersekolah di salah satu SMP favorit disana karena memang aku asli orang desa dan kebanyakan mereka beranggapan bahwa tidak banyak anak desa yang bisa bersekolah di kota apalagi sekolah favorit. Namun sekali lagi aku patahkan opini tersebut karena kenyataannya banyak orang desa yang bisa bersekolah di kota dan tak sedikit dari mereka yang menggapai kesuksesan. Oke terlepas dari itu, di SMP tersebut aku pertama mengenal adanya organisasi dan saat itu ekstrakurikuler yang mungkin melekat di hati yakni PMR (Palang Merah remaja), saat itu aku juga pernah meraih juara 2 dalam lomba kepenulisan artikel tentunya dalam event lomba yang terkait dengan ke-PMR-an. 
Setelah berjibaku dengan masa-masa di Sekolah Menengah Pertama, tiba saatnya melanjutkan masa depan ke jenjang yang lebih tinggi yakni Sekolah Menengah Atas (SMA), namun saat itu aku terus berkutat dengan pilihan yang sama-sama berat antara SMA atau Madrasah Aliyah Negeri (MAN) dan akhirnya pilihanku jatuh kepada sekolah yang memang akreditasinya boleh diuji yakni MAN 1 Lombok Timur, harapanku saat itu, aku ingin ilmu agama dengan ilmu alam dapat seimbang sehingga aku dapat mengaplikasikan keduannya dengan sebaik-baiknya sebagaiamana suri tauladan kita yakni Nabi Muhammad saw. Dan akhirnya akupun menimba ilmu di Madrasah yang sampai sekarang aku sangat bersyukur pernah bersekolah disini, karena aku pikir disinilah pola pikirku mulai terbangun. Dari sinilah awal dari dunia baruku, alhamdulilah aku merasa berkembang sangat pesat disini karena salah satu keinginan terbesarku dulu ketika masih kecil yakni ingin naik pesawat, dan  alhamdulilah bisa terwujud di madrasah ini yakni ketika aku mengikuti Pekan Ilmiah Remaja Nasional di Bengkulu tahun 2016 dulu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

STRATEGI SUMEDANG DALAM MEMBANGUN KABUPATEN WISATA

Pariwisata merupakan salah satu aspek utama dalam mengembangkan kearifan lokal di suatu daerah. Tidak terkecuali kabupaten Sumedang yang...