Pariwisata
merupakan salah satu aspek utama dalam mengembangkan kearifan lokal di suatu daerah.
Tidak terkecuali kabupaten Sumedang yang sedang gencar-gencarnya mengabdikan
diri sebagai kabupaten wisata. Sumedang memiliki banyak sekali potensi wisata
yang dapat memanjakan liburan para wisatawan, salah satunya adalah Kampung
Wisata Toga. Kampung ini letaknya tidak jauh dari pusat kota Sumedang yakni
hanya berjarak 2 Kilometer saja. Alam yang indah disertai hamparan persawahan
mampu memikat hati para wisatawan. Tidak hanya alamnya, potensi yang dimiliki
kampung Toga adalah kontur tanah yang berupa dataran tinggi memberikan keluasan
bagi syurganya olahraga paralayanag. Dilansir dari Kompas.Com, Sumedang menggelar kejuaraan paralayang tingkat
international dalam West Java Paradliding World Championship And Culture
Festival tepatnya pada 2-8 Oktober 2019 lalu. Kejuaraan ini sebagai ajang untuk
mempromosikan Sumedang sebagai Syurganya paralayang sekaligus sebagai destinasi
wisata kelas dunia.
Menurut
Doni yang juga sekaligus Bupati Sumedang menyebutkan bahwa ada tiga
pertimbangan kenapa Sumedang menyelenggarakan even tersebut diantaranya:
Pertama, Sumedang adalah tempat yang strategis untuk olahraga paralayang tidak
hanya untuk kompetisi level akurasi tetapi juga bagus untuk level fun fly atau terbang gembira di atas
bendungan Jatigede. Kedua, Sumedang dijuluki “Puseur Budaya Sunda” atau pusat
kebudayaan Sunda yang tidak bisa ditemui
di tempat lain. Dan yang ketiga, dukungan dari berbagai pihak seperti kerjasama
dengan industri pariwisata, Pemda Provinsi Jawa Barat, FASI Paralayang,
komunitas dan masyarakat atau sebagai
unsur pentahelix pariwisata.
Tidak
hanya itu, Menteri Pariwisata saat itu yakni Arif Yahya juga sangat mendukung
kegiatan ini, menurut beliau wisata olahraga itu dalam rangka mempromosikan
pariwisata kabupaten Sumedang yang memiliki ikon Bendungan Jatigede. Selain
itu, akan dikembangkan juga Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) pariwisata Jatigede
sebagai destinasi pariwisata kelas dunia”, katanya (Kompas.Com).
Jika
ditelisik lebih jauh implikasi dari sebuah olahraga terkhusus paralayang saat
ini memang sedang naik daun, betapa tidak, wisata paralayang tercatat sebagai salah
satu wisata yang menguntungkan. Tidak hanya dari segi ekonomi namun juga dari
segi promosi wisata desa dan pemberdayaan masyarakat setempat. Berikut adalah
hal-hal yang bisa dijadikan sebagai acuan kebijakan oleh pemerintah Jawa Barat
khususnya kabupaten Sumedang dalam rangka mengembangkan pariwisata di bidang
olahraga paralayang:
Pertama,
Jika ingin mempromosikan pariwisata, hal utama yang harus dilakukan pemerintah
adalah meningkatkan kapasitas diri, entah penyuluhan kepada masyarakat berupa
pelatihan softskill, pun juga dengan sosialisasi gencar ke masyarakat agar
mereka melek dengan wisata yang ada di sekitar mereka. Mengapa demikian? Karena
masyarakat setempat adalah sumber daya manusia yang paling mumpuni untuk menangani
daerah mereka. Salah satunya budaya atau kesenian daerah setempat dapat juga
mereka promosikan di sela-sela olahraga atau sebelum olahraga berlangsung,
diharpakan ada tarian daerah atau keunggulan daerah tersebut yang ditampilkan
terlebih dahulu, sehingga dapat menarik minat wisatawan untuk mengetahui lebih
dalam apa saja keunikan yang dimiliki Sumedang terutama di daerah dekat wisata.
Jika
masyarakat sudah melek wisata, maka pemerintah akan lebih mudah untuk
bersinergi membangun wisata berbasis masyarakat yang madani yaitu masyarakat
yang hidup rukun, toleran, dan ramah kepada siapapun pendatang baru yang
mengunjungi tempat mereka. Selain itu, masyarakat yang dibekali sofskill juga
sangat diperlukan dalam rangka mengasah
kemampuan masyarakat dalam menangani setiap SOP (standar operasional) desa
wisata. Salah satu caranya adalah membentuk kelompok-kelompok wisata di setiap
dusun guna mempersiapkan kelompok-kelompok masyarakat yang cakap dalam melayani
wisatawan. Sofskill ini bisa dilatih dengan mendatangkan profesional paralayang
dari luar negeri atau dalam negeri dalam membantu memberikan pembelajaran atau
training bagi masyarakat sekitar. Softskill masyarakat ini sangat dibutuhkan
dalam membantu menunjang perekonomian sekitar terutama bagi masyarakat yang
pengangguran.
Kedua,
meningkatkan fasilitas dan kemanan desa wisata. Mengapa dua hal ini sangat
penting? Ini dikarenakan fasilitas melakukan paralayang sangat dibutuhkan
kehati-hatian dan keamanan yang tinggi. Jadi jika fasilitas dan keamanan tidak
berdasarkan SOP, maka wisata tersebut tidak akan digandrungi orang, justru akan
dijauhi karena tingkat keamanan yang minim. Solusinya, pemerintah dalam hal ini
harus menyediakan fasilitas keamanan yang memadai guna menciptakan pengalaman
paralayang yang unik dan luar biasa. Seperti
contoh penelitian berjudul Implementasi
Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Pada Atraksi Wisata Paralayang Di Desa Kutuh,
Kabupaten Badung di jelaskan bahwa ada beberapa syarat yang harus
dipenuhi baik wisatawan maupun pengelola guna menjaga keselamatan. Diantaranya yang
pertama diberlakukan kepada wisatawan adalah sebagai berikut:
1.) Wisatawan
akan diberikan briefing mengenai peraturan yang tidak boleh dilanggar dan
arahan dalam melakukan aktivitas paralayang.
2.) Usia yang
diperbolehkan untuk mengikuti kegiatan paralayang maksimal berusia 60 tahun.
3.) Wisatawan
tidak boleh memiliki penyakit terutama penyakit jantung yang kronis
4.) Wisatawan
diwajibkan memiliki fisik yang berada dalam kondisi sehat dan siap melakukan aktivitas paralayang
5.) Wisatawan
yang memiliki phobia ketinggian tidak dianjurkan untuk mengikuti kegiatan
paralayang
6.) Berat badan
maksimal wisatawan tidak boleh lebih dari 90 Kg.
7.) Wisatawan
wajib menaati SOP yang sudah diarahkan, dan menggunakan peralatan pengaman diri seperti helm, sepatu, dan
harness ( tempat duduk) untuk
keselamatan selama melakukan aktivitas Sebelum
dilaksanakannya kegiatan paralayang, Briefing adalah hal penting yang harus
diberikan instruktur kepada wisatawan Briefing dilakukan untuk menghindari kecelakaan yang
kemungkinan akan menimpa wisatawan apabila adanya kesalahan dari minimnya
informasi tentang aturan yang dilakukan selama aktivitas paralayang. Instruksi
yang diberikan oleh instruktur kepada wisatawan yang akan melakukan kegiatan
wisata paralayang adalah:
1.)
Mengkonfirmasi ulang apakah wisatawan sudah siap untuk melakukan kegiatan
paralayang, baik secara jasmani dan rohani. Serta mengkonfirmasi ulang
kesungguhan wisatawan untuk melakukan kegiatan paralayang
2.)
Memberi arahan dalam menggunakan peralatan keselamatan
diri
3.)
Memberikan instruksi dan mengajarkan cara lepas
landas, hal hal yang dapat dilakukan selama terbang dan mengajarkan cara
landing atau mendarat.
4.)
Memberikan pengarahan kepada wisatawan agar tidak
panikdan tetap tenang selama penerbangan
Persyaratan dan instruksi di atas sangat penting untuk
membantu kedua belah pihak baik wisatawan maupun pengelola dalam menjaga
stabilitas keamanan olahraga ekstrim tersebut agar tidak terjadi kecelakaan
yang fatal.
Ketiga, menghadirkan sesuatu yang
unik dan berbeda daripada wisata paralayang lainnya yang ada di berbagai
daerah. Mengapa harus memiliki nilai beda, karena pada intinya sedikit berbeda
lebih baik daripada tidak sama sekali. Nilai beda ini bisa di dapatkan dari
sejauh mana wisatawan merasa nyaman untuk berlama-lama singgah di tempat itu.
Jadi yang harus dilakukan pemerintah adalah membuka lahan wisata kuliner dan
penginapan dekat dengan tempat olahraga paralayang. Hal ini akan menghasilkan
komoditas yang tidak hanya bergerak dibidang olahraga saja, namun semua elemen
tergabung menjadi satu entah itu kuliner yang memang menjadi khas daerah Sunda
atau jawa Barat khususnya Sumedang, maupun tempat penginapan yang nyaman bagi
wisatawan. Jika sudah ada akses dibidang ini, maka bukan tidak mungkin wartawan
akan berbondong-bondong datang ke tempat wisata ini. Karena selain dapat
melakukan olahraga, bisa juga kulineran sambil mencari view atau pemandangan yang
indah.
Keempat, adanya usaha kreatif guna
memuaskan konsumen dengan menjual barang-barang cendramata khas Sumedang. Usaha
kreatif ini mampu untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar dan juga
menambah pendapatan asli daerah. Betapa tidak, setiap wisatawan yang datang
berkunjung di sebuah tempat wisata pasti mencari oleh-oleh yang khas dari suatu
daerah, apalagi daerah tersebut pertama kali dikunjungi. Hal ini sebagai bentuk
budaya masyarakat Indonesia yang gemar membawa pulang oleh-oleh untuk keluarga
di rumah. Jadi bisa dipastikan pemerintah setempat harus sigap dan mampu
membaca peluang ekonomi apa saja yang bisa dikembangkan di sekitar tempat
wisata.
Seperti kisah Asep yang di lansir
dari laman okezon.com yang pintar membaca peluang dengan cara membuat
cendramata dari makanan khas Sumedang yakni tahu Sumedang. Tahu memang menjadi
makanan primadona masyarakat Sumedang karena rasanya yang unik dan tidak bisa
ditemukan di tempat lain. Namun kelemahan tahu tersebut ialah mudah basi karena
tidak menggunakan pengawet, oleh karenanya Asep memiliki ide untuk membuat
cendramata tahu Sumedang berbahan dasar silikon yang kemudian dapat dijadikan
gantungan kunci dan lain-lain (https://jabar.tribunnews.com/2016/11/28/di-tangan-asep-tahu-sumedang-disulap-awet-dan-tak-pernah-busuk-sepanjang-masa?page=all).
Usaha kreatif seperti ini harus tetap di
galakan bahkan harus di support oleh pemerintah setempat dalam rangka membangun
ekonomi kreatif atau industri rumahan. Jika masyarakat sudah memiliki skill
yang mumpuni untuk membuat atau bahkan memasarkan cendramata, maka bukan tidak
mungkin Sumedang akan menjadi daerah wisata yang dapat diperhitungkan dan
sekaligus menjadi tujuan destinasi wisata favorit. Tidak hanya itu, untuk
semakin menarik minat wisatawan perlu di galakkan festival tahuan berupa
kuliner yang menyajikan semua makanan khas Sumedang dan Jawa Barat umumnya,
apalagi makanan sunda yang terkenal dengan rasa yang unik. Festival kuliner ini
dapat dilaksanakan di tempat berlangsungnya olahraga paralayang, jadi selesai
menikmati olahraga paralayang, wisatawan dapat sambil kuliner ria menikmati
sajian masakan sunda yang enak dan luar biasa beragam. Festival seperti ini
dalam rangka meraup ekonomi kreatif dari masyarakat setempat. Dengan begini,
tidak hanya pemerintah yang diuntungkan namun juga masyarakat sekitar pun akan
mengalami peningkatan ekonomi yang signifikan. Ini sebenarnya tujuan sekaligus
harapan pemerintah, yakni bgaiamana membangun wisata tidak hanya dari segi
objek pariwisata namun juga menyeluruh ke segala aspek seperti pemberdayaan
masyarakat desa sehingga perekonomian masyarakat pun ikut meningkat.
Terakhir adalah bagaiamana
menumbuhkembangkan sikap konsisten baik dari pemerintah maupun masyarakat dalam
mengelola pariwisata yang unggul ini. Sekali lagi program bisa terlaksana
dengan baik jika terjadi kekompakan dan integritas antara pemerintah dan juga
masyarakat. Cara yang tepat untuk memnjaga konsistensi tersebut adalah dengan
cara menargetkan perencanaan dan pengawalan yang rapih dari pemerintah setempat
yakni dengan mengadakan kegiatan rapat rutin per bulan dalam rangka evaluasi
kegiatan apa saja yang sedang dan akan dicanagkan, apa yang belum terlaksana,
dan bagaiamana target tercapai kedepannya. Evaluasi rutin harus tetap di
galakkan sebulan sekali paling tidak untuk mengontrol dan mengetahui sejauh
mana pencapaian yang telah di raih apakah ada peningkatan atau justru
sebaliknya dan bagaiamana langkah strategis dalam meningkatkan capaian
tersebut. Semoga rencana pemerintah Sumedang dalam hal ini menjadikan kabupaten
Sumedang sebagai salah satu kabupaten berbasis wisata dapat berjalan dengan
lancar dan kita doakan agar pariwisata Sumedang benar-benar memberikan
kontribusi yang baik tidak hanya untuk wilayahnya namun juga untuk wilayah lain
di Indonesia.