HARAPAN YANG TAK BERUJUNG
Hidup bagai lingkaran
yang tak pernah ada ujungnya
Selalu penuh dengan
pertanyaan yang kian riuh bunyinya
Teka-teki merujuk pada
salah satu kata yang tak ada jawabannya
Sarat dengan rasa
penasaran yang ingin dimengerti keberadaanya
Bimbang dengan apa yang
akan terjadi selanjutnya
Itulah cerminan
persolan di bumi pertiwi
Entah kapan negara ini
akan bangun, menyapa lalu bekerjasama
Ribuan nyawa bergantung
pada tangan-tangan mungil sang penakluk masa depan
Berfikirlah menggunakan
logika walau tidak selalu rasional
Terjang duniamu dengan
kata peluang yang akan memberimu pengalaman
Rangkul saudaramu walau jalanmu tak selalu searah
Langkahkan kakimu
dengan penuh tekad keberanian
Himpunlah cita-citamu
agar menjadi deretan baris yang akan menjadi kenyataan
Jangan takut melangkah
menyongsong dunia baru
Merdeka Indonesia ku,,,
bangunlah teman kita sedang berjalan dan bukannya berlari
Evi, yah begitulah orang sekitar memnggilku. Aku lahir di desa
Lenting, Kecamatan sakra Timur, Kabupaten lombok Timur, Nusa tenggara Barat
(NTB) tepat di bulan kasih sayang (kata kebanyakan orang) yakni bulan Februari.
Aku siswa tamatan Madrasah Aliah Negeri dan sudah menerima kelulusan ditahun
2017 ini. Selepas lulus dari MAN, aku bersikeras untuk melanjutkan study ke
jenjang yang lebih tinggi yakni UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta mengambil prody
Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) sesuai dengan impianku. Walaupun terhalang
oleh sekelumit kendala diantaranya restu orang tua yang tak menginginkan anaknya
bersekolah di luar daerah dikarenakan aku berstatus “perempuan. Mengapa begitu?
Karena sebagian besar orang tua di desaku percaya bahwa anak gadis baiknya
tidak boleh jauh dari orang tua karena disamping belum dipercaya untuk menjaga
diri di daerah orang pun karena orang tua disana kebanyakan beranggapan bahwa
perempuan yang disekolahkan tinggi pasti ujung-ujungnya menikah jadi untuk apa
disekolahkan begitu katanya. Namun dengan tekad dan kerja keras serta dukungan
penuh dari orang tuaku yang mengantarkan aku mampu menginjakkan kaki di kota
“Pelajar” ini yakni Jogja. Kota yang memiliki budaya dan adat istiadat yang
masih sangat kental sama seperti Lombok. Oya, saya menulis puisi ini, bukan
hanya bertujuan untuk mendapatkan uang dan penghargaan. Tetapi semata-mata
hanya ingin puisi saya dibaca oleh masyarakat Indonesia, agar kita semua sadar
betapa pentingnya menata kehidupan di bumi pertiwi ini yang lebih baik. Selain
itu, saya inigin generasi muda seperti saya dan mungkn teman-teman di luaran
sana yakin bahwa tanpa adanya partisipasi kita sebagai generasi muda, maka
Indonesia tidak akan pernah maju. Oleh karena itu, mari bersama-sama saling
merangkul, bersatu padu, satukan niat, hapus perbedaan, dan tetap berpegang
teguh pada Idiologi negara kita yakni Pancasila dan tentunya semboyan bangsa
Indonesia “Bhineka Tunggal Ika” yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu.
Semoga di usiake-72 ini, Indonesia semakin lebih baik lagi amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar