Minggu, 29 April 2018

MEMBANGUN INTEGRITAS PETANI NTB MENUJU KETAHANAN PANGAN NASIONAL


MEMBANGUN INTEGRITAS PETANI NTB MENUJU KETAHANAN PANGAN NASIONAL

Pangan merupakan aspek yang sangat vital dalam kehidupan manusia. Tanpa adanya pangan, masyarakat di seluruh dunia tidak dapat bertahan hidup karena akan terjadi ketidakseimbangan yang menyangkut sosial, politik, dan ekonomi di suatu negara. Hal ini senada dengan ungkapan pepatah yang menyebutkan bahwa suatu negara dikatakan besar apabila negara tersebut mampu mencukupi kebutuhan pangan bagi seluruh masyarakatnya atau bahkan mampu mensuplay pangan untuk negara lain. Nah tersedianya bahan pangan tidak lepas dari peran utama sang pahlawan pangan yakni petani. Tanpa adanya jasa petani maka bisa dipastikan  setiap kebutuhan yang berkaitan dengan pangan seperti beras, gandum, dan lain sebagainya akan sulit ditemukan dan pastinya akan menjadi masalah besar ditengah masyarakat. Hal ini seperti yang tertuang dalam UU No. 18/2012 tentang pangan yang menyebutkan bahwa Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan (bulog.co.id).         Namun berkenaan dengan hal tersebut, terjadi berbagai problema yang menyelimuti masalah ketahanan pangan di Indonesia. Berbagai hal seperti kurangnya respon pemerintah dalam mensuport petani baik dalam segi moral maupun materil turut menjadi biduk permasalahan yang tidak dapat dipecahkan hingga saat ini, selain itu pendidikan petani yang masih kurang menyebabkan petani sulit memproduksi bahan pangan secara maksimal dan efisien karena terhalang oleh pengetahuan dan keterampilan dalam mengolah hasil pertanian, hal yang tak kalah penting untuk dikaji ialah mengenai lahan pertanian yang semakin menyempit sehingga para petani tidak dapat menanami lahan pertanian yang luas melainkan lahan dialih pungsikan menjadi perkotaan atau pembuatan proyek-proyek yang jika dikaji minim aspek kebermanfaatanya karena jika lahan pertanian semakin sempit, maka petani akan menjadi pengangguran dan akan menambah masalah sosial di dalam masyarakat. Hal senada juga terjadi di salah satu provinsi yang populer dengan julukan pulau seribu masjid ini, dimana lagi kalau buka di pulau Lombok provinsi NTB. Berikut penulis akan paparkan apa sebenarnya yang menjadi titik pangkal permasalahan dan faktor penyebab terhambatnya peningkatan hasil pertanian di NTB dan bagaimana solusi serta strategi yang tepat dalam mengatasi permasalahan tersebut.

Pertama, Adanya anggapan bahwa seorang petani memiliki  masa depan yang kurang bagus. Karena kebanyakan orang yang bekerja sebagai petani tergolong orang yang miskin dari segi materi. Hal ini menyebabkan masyarakat yang memang sudah bergelut dibidang pertanian menjadi pesimis bahkan frustasi. Karena mindset tersebut, seseorang enggan untuk menjadi petani bahkan mereka cenderung beralih profesi sebagai wiraswasta, pegawai, dan lain-lain yang dianggap lebih tinggi pangkatnya dibandingkan petani. Dengan masih banyaknya petani yang miskin maka kehidupan petani akan semakin tertekan terlebih di dunia yang serba modern ini semua hal berkaitan dengan materi. Hal ini juga terjadi dikarenakan kurangnya respon atau apresiasi dari pemerntah kepada petani. Jika petani di di Lombok semakin sedikit maka bisa dipastikan hasil pertanian tidak akan maksimal. Fenomena ini tentu menjadi masalah besar di tengah keterpurukan pangan saat sekarang ini. Pernyataan tersebut dibuktikan dengan data yang penulis kutip dari laman Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN – SETJEN DPR-RI, bahwa terjadi penurunan jumlah rumah tangga usaha pertanian dari tahun 2003 ke 2013. Nah, disini peran pemerintah sangat dibutuhkan untuk mengubah mainset masyarakat yang selama ini keliru. Bahwa menjadi seorang petani bukanlah hal yang tercela melainkan petani adalah suatu profesi yang sangat mulia karena jasanya semua orang diseluruh duni dapat bertahan hidup sampai dengan detik ini. Berkenaan dengan hal tersebut apakah kita pernah mengapresiasi bahwa bekerja sebagai petani itu merupakan suatu hal yang sangat mulia? Apakah setiap orang pernah menempatkan profesi petani di urutan kelas paling atas? Apakah pemerintah sudah mengapresiasi peran yang begitu besar yang dilakukan petani ? Jawabanya ada pada diri individu masing-masing maupun pemerintah yang seyogyanya mengayomi harkat dan martabat seorang petani.

Kedua, lahan pertanian di NTB semakin mengalami penyusutan akibat dari progresnya pembanguan di wilayah ini. Betapa tidak, dulu NTB yang terkenal dengan julukan Bumi Gora (Bumi Gogo Ranca) pada masa kepemimpinan presiden Soeharto mampu menjadi daerah swasembada pangan dan mensuplay bahan makanan bagi sebagian besar masyarakat saat terjadi krisis ekonomi pada masa itu. Namun sekarang apa yang terjadi, gagal panen terjadi dimanana-mana akibat hama dan cuaca yang kurang bersahabat. Hal tersebut berbanding terbalik seratus delapan puluh derajad. Pasalnya kita lihat faktanya di Kota Mataram yang juga sebagai ibukota provinsi NTB. Pesatnya pembangunan menjadikan kota ini penuh dengan keramaian, pusat perbelanjaan, dan lain sebagainya. Jika fenomena ini terus berlanjut, lalu pertanian mau di apakan? Apakah lahan pertanian akan terus digusur dan diganti dengan gedung-gedung megah sehingga terlihat moderen dan keren? Tentu jawabannya tidak. Karena dengan menyempitnya lahan pertanian, hasil pertanian pun akan menurun dan berakibat kepada ketidakseimbangan antara sumber daya pangan dan sumber daya manusia yang semakin pesat. Selain itu, jika lahan pertanian menyempit bahan makanan akan sulit di dapatkan dan hal tersebut membuat kita menjadi ketergantungan impor dari negara lain dan kita tidak akan pernah menjadi negara yang kuat dengan swasembada pangan yang mencukupi. Bahkan sebaliknya kita akan terus bergantung kepada negara lain, hal ini lucu bukan? Melihat negara kita yang penuh akan kekayaan alam yang melimpah ruah namun pada kenyataannya kita tetap saja mengemis impor bahan makanan dari negara orang. Kapan kita bisa maju dan mandiri tanpa ketergantungan? Coba bayangkan jika di setiap provinsi di Indonesia mengalami penyempitan lahan pertanian seperti ini maka ketahanan pangan akan semakin memburuk dan hasil pertanian  pun tidak akan pernah meningkat karena lahan yang akan ditanami tanaman pangan jumlahnya sangat sedikit.

Ketiga, Rendahnya pendidikan petani mengakibatkan hasil pertanian tidak dapat dikelola dengan baik dan maksimal. Begitu pentingnya pendidikan dan keterampilan khusunya bagi petani untuk menunjang aktivitasnya dalam mengelola hasil pertanian dan memperkokoh ketahanan pangan nasional. Jika tidak ada pengetahuan dan keterampilan yang memadai maka petani hanya mampu menanam saja tanpa tahu bagaimana kelanjutan dari tanamannya tersebut dan harus dipergunakan untuk apa hasil pertaniannya sesuadah dikelola. Di NTB khusunya, pendidikan petani belum merata. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya kurangnya sosialisasi pemerintah terhadap pemberdayaan petani dan sosilisasi mengenai pentingnya pendidikan bagi petani demi keberlangsungan pertanian yang terpadu, selain itu faktor dari dalam dari diri petani yang cenderung malas belajar ilmu pengetahuan karena menganggap bahwa kemampuan yang dimilikinya sudah turun temurun dari nenek moyangnya dan berbekal pengalaman sehari-hari saja sehingga pendidikan dianggap kurang penting dan diabaikan. Tapi kita lihat kenyataannya sekarang, bahwa bertani bukan hanya pasal bagaiman cara menanam atau bagaimana cara memberi pupuk atau memanen, tapi lebih kepada bagaimana cara bertani yang baik dan benar sehingga bisa menghasilkan pangan yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. Jika masyarakat petani kurang memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan yang cukup maka hasil pertanian tidak akan bisa maksimal dan bahkan akan mengakibatkan gangguan pada hasil pangan itu sendiri seperti gagal panen akibat penggunaan pupuk berlebihan yang mengakibatkan Ph tanah tidak bagus, tidak bisa memprediksi keadaan cuaca dengan baik sehingga setip musim terjadi gagal panen, tidak tahu bagaimana cara mengolah sistem pertanian terpadu yang sehingga hasil yang didapat kurang berkualitas, tidak tahu pangsa yang luas sehingga komoditas yang bernilai tinggi justru menjadi konsumsi sendiri saja tanpa melihat peluang bisnis di dalamnya, dan masih banyak lagi.

Dari fakta dan permasalahan tersebut, tentu kita sebagai generasi muda sangat miris terlebih untuk kemajuan pangan nasional kedepannya.Oleh karena itu, berikut penulis akan sampaikan solusi yang insyaalloh dapat bermanfaat bagi keberlangsungan peningkatan hasil pertanian demi ketahanan pangan nasional.

Pertama, mengenai kurangnya aprsiasi pemerintah terhadap para petani dan maenset yang keliru di tengah masyarakat mengenai profesi petani. Hal ini bisa ditanggulangi dengan membangun mental petani menuju petani yang kreatif dan terpadu. Caranya pemerintah NTB perlu membangun komunikasi yang intens dengan petani dalam hal ini dinas pertanian agar mental petani mampu bersaing di kanca nasional maupun internasional dengan memberikan kepercayaan bahwa produk yang dihasilkan merupakan produk yang berkualitas dan bermutu. Jika mental petani sudah dibangun maka bisa dipastikan petani akan lebih tergugah dan termotivasi untuk selalu menghasilkan produk yang berkualitas tinggi gumna menunjang perekonomian keluarga, daerah, maupun negara. Selain itu strategi lain yang juga dapat diterapkan yaitu membangun akses-akses yang dapat menunjang integritas petani seperti pendirian koperasi di setiap desa (KUD) agar hasil panen pertanian terorganisir dengan baik dan bersistem teratur serta terpadu. Dengan menerapkan sistem ini maka setiap petani tidak akan khawatir dan kebingungan untuk mengorganisir kemana hasil pertaniannya akan dibawa karena sudah ditampung di satu tempat yang memang menyediakan hasil pertanian serupa, hal ini juga membuat petani tidak akan merasa dirugikan oleh ketidakstabilan harga yang cenderung ditetapkan oleh perseoranagan. Nah solusi lain yang juga tak kalah penting ialah pengadaan sarana-prasarana yang memadai dan harus di suport oleh pemerintah dan bila perlu berbasis teknologi agar lebih efisien. Karena walaupun ada sebagian petani yang menggunakan teknologi moderen untuk menglah pertaniannya tapi ada sebagian besar lagi yang belum menggunakan teknologi untuk membantu meringankan pekerjaan para petani alias penggunan teknologi dalam pangsa pertanian belum merata di NTB. Dan yang selanjutnya perlu ada perusahaan khusus yang menjadi monitoring pertanian di masing-masing wilayah atau di setiap provinsi seperti halnya di NTB agar hasil penjualan merata sehingga pendapatan yang diperoleh petani pun merata dan tidak ada yang  merasa dirugikan. Dengan begitu, maka setiap hasil pertanian akan terus berkembang pesat dan pangan nasional pun akan meningkat sehingga ketahanan pangan negara kita terjaga bahkan kita dapat mengekspor bahan pangan yang lebih berkualitas ke negara lain.

Kedua, masalah semakin menyempitnya lahan pertanian di NTB, sekarang ini kita ketahui bahwa ada konsep yang mengatur mengenai tata kelola lahan berdasarkan pembangunan berkelanjutan. Nah ini bisa kita manfaatkan untuk menafsirkan mana lahan yang boleh digusur untuk kepentingan umum seperti pembuatan pertokoan, pusat perbelanjaan, perkantoran, dll, dan mana lahan yang potensial untuk dijadikan wilayah bertani yang subur. Jadi sebagai pemerintah perlu ada tindakan lebih lanjut mengenai penggunaan lahan yang potensia. jangan hany sekedar melihat dari aspek keindahan saja namun harus dikaji dulu secara lebih mendalam agar terjadi keseimbangan juga antara alam dan manusia nantinya. Selanjutnya, pemerintah juga perlu mempertimbangkan luas lahan pertanian dengan luas lahan yang akan dijadikan pembangunan wilayah perkotaan. Karena hal tersebut akan berdampak besar bagi keberlangsungan pangan saat sekarang ini, terlebih lagi di NTB yang sebagian besar bahkan 90% masyarakatnya berprofesi sebagai petani. Jika lahan pertanian menyempit maka bisa dipastikan petani tidak bisa leluasa bertani dan hasil yang didapat pun akan menurun bahkan mungkin hanya bisa di konsumsi untuk diri sendiri dan keluarga saja tanpa berfikir akan menjual atau bahkan menyuplai pangan ke luar daerah. Nah, jika sudah begini maka akan terjadi gangguan pangan yang diakibatkan oleh menyempitnya lahan pertaian. Oleh karena itu, pemerintah perlu mendukung petani atau pro petani dengan memberikan keleluasaan bagi petani untuk menanami lahan dengan maksimal agar hasil pertaniannya pun tercukupi.

Ketiga, masalah rendahnya pendidikan petani  yang mengakibatkan hasil pertanian tidak dapat dikelola dengan baik dan maksimal. Hal ini perlu menjadi perhatian yang lebih besar dari pemerintah, mengingat petani merupakan tulang punggung bangsa yang jasanya sangat vital dalam kehidupan. Menurut penulis ilmu pengetahuan sangat penting dimiliki oleh setiap orang terlebih lagi seorang yang berprofesi sebagai petani, karena selain meiliki kemampuan untuk mengetahui cara bertani dengan benar, ia juga harus cerdas melihat peluang usaha dari hasil pertanian yang dihasilkan tersebut. Oleh karena itu, diperlukanlah pendidikan bagi para petani agar petani mampu menjalankan roda pangan di pangsa yang lebih luas lagi. Selanjutnya yang perlu di canangkan pemerintah yaitu memberikan pendidikan keterampilan yang terpadu dan sistematis mengenai bagaimana cara pengolahan pertanian mulai dari  pra panen hingga pasca panen agar hasil panen berkualitas dan hasil panen meningkat. Dan yang tak kalah penting adalah melakukan sosialisasi sedini mungkin kepada para petani sehingga jika ada kesulitan yang dialami petani, pemerintah bisa sigap dan cepat mengatasi permasalahan tersebut. Sosialisasi keterampilan dalam bertani dapat dilakukan pemerintah dalam hal ini dinas pertanian dan dapat pula dilakukan oleh mahasiswa yang sedang praktik kerja lapangan (PKL) yang sedang berkuliah di jurusan pertanian dan dosen-dosen fakultas pertanian serta aktivis-aktivis pertanian lain yang mampu membantu petani mengetahui lebih dalam bagaimana cara bertani yang baik dan benar berdasarkan prosedur dan sistem yang sudah terpadu.

Dari fakta dan permasalahan yang terjadi serta solusi yang sudah diberikan, pesan yang dapat kita petik adalah bagaimana cara menghargai seseorang sekecil apapun seperti halnya profesi sebagai petani. Karena sikap menghargai mampu menjadikan sebuah negara kokoh dan kuat. Selain itu ketahanan pangan dapat tercipta apabila sebuah negara melakukan koordinasi dan komunikasi dengan baik antar satu dengan yang lainnya atau antar pemerintah dengan masyarakatnya. Seperti di NTB, kerja keras sudah pasti dibutuhkan ingin mencapai tujuan dan tujuan tersebut dicapai melalui serangkaian proses yang matang. Semoga NTB khususnya dan Indonesia umumnya dapat menjadi negara swasembada pangan yang berintegritas dan sejahtera dengan peningkatan hasil pertanian yang terpadu demi mencapai ketahanan pangan nasional amin.














Tidak ada komentar:

Posting Komentar

STRATEGI SUMEDANG DALAM MEMBANGUN KABUPATEN WISATA

Pariwisata merupakan salah satu aspek utama dalam mengembangkan kearifan lokal di suatu daerah. Tidak terkecuali kabupaten Sumedang yang...